This awesome blogger theme comes under a Creative Commons license. They are free of charge to use as a theme for your blog and you can make changes to the templates to suit your needs.
RSS

Oppositional Defiant Disorder(ODD)-part IV

Prognosis

Ada 4 kemungkinan :

-Separo dari anak-anak usia sekolah yang dilabel ODD menjadi normal pada usia 8 th. Meski demikian anak-anak ODD yang lebih tua, 75% akan tetap memenuhi kriteria diagnostik dalam kehidupan selanjutnya

-ODD mungkin berubah menjadi sesuatu yg lain.  Anak ODD usia prasekolah 5 – 10 % mengalami perubahan diagnosis dari ODD menjadi ADHD. Pada beberapa anak , perilaku menentang bertambah buruk dan akhirnya didiagnosis dengan CD. Jika seorang anak mengalami ODD selama 3 – 4 th dan tidak mengalami  perkembangan CD, maka dia tidak akan pernah berkembang ke CD.

-Seorang anak mungkin akan terus mengalami ODD tanpa hal lain. Hal tersebut tidak biasa. Saat anak-anak ODD usia prasekolah berusia 8 tahun, hanya 5% yang mengalami ODD tanpa gangguan lain.

-Anak mengalami gangguan lain selain  ODD, seperti mood disorder atau kecemasan (anxiety). Hal ini sangat lazim. Dalam kehidupan selanjutnya ODD dapat berkembang menjadi passive aggressive personality disorder atau antisocial personality disorder

Daftar Pustaka

Nanik. 2010. Mengenal Gangguan Perilaku Melawan. http://www.surabayapost.co.id

0 komentar

Oppositional Defiant Disorder (ODD)-part III

Perbedaan ODD & CD

ODD

CD

Tidak mematuhi dan menentang otorita

Sama sekali tidak mematuhi dan menentang otorita

Permusuhan ditunjukkan melalui dengan sengaja mengganggu orang lain atau penyerangan verbal

Permusuhan ditunjukkan melalui penye-rangan fisik

Perilaku mungkin atau tidak mungkin dilihat di rumah dan di sekolah dan tempat umum

Perilaku menetap pada kedua tempat, baik di luar maupun di rumah

Hak-hak dasar orang lain &

peraturan-peraturan sosial yang sesuai dengan usianya tidak biasa dilanggar

Hak-hak dasar orang lain dan peraturan-per-aturan sosial yang sesuai dengan usianya seringkali dilanggar

Perbedaan ODD dan ADHD

ODD

ADHD

Cirinya lebih pada sikap agresif dibandingkan impulsif

Cirinya lebih pada sikap impulsif dibandingkan agresif

Anak dengan maksud tertentu (sengaja)mengganggu / menjengkelkan  orang

Gangguan biasanya tidak dengan maksud tertentu (disengaja)

Anak tak memiliki kesulitan untuk kon-sentrasi dan bertahan duduk

Anak gelisah, memiliki kesulitan untuk konsentrasi, dan kesukaran untuk bertahan duduk

Perilaku bertujuan tertentu, bermaksud untuk membangkitkan reaksi orang lain

Anak sering bertindak tanpa berpikir sebelumnya

 

Daftar Pustaka

Nanik. 2010. Mengenal Gangguan Perilaku Melawan. http://www.surabayapost.co.id

0 komentar

Tuna RUngu-III

Menurut Telford dan Sawrey (dalam Ningrum, 2007), ketunarunguan tampak dari simptom – simptom :
a. Ketidakmampuan memusatkan perhatian yang sifatnya kronis
b. Kegagalan berespons apabila diajak berbicara
c. Terlambat berbicara atau melakukan kesalahan artikulasi
d. Mengalami keterbelakangan di sekolah

Ciri- ciri lain yang bisa dimiliki anak tuna rungu ini adalah sebagai berikut (Nur’aeni, dalam Ningrum, 2007) , yaitu :
a. Sering tampak bengong atau melamun
b. Sering bersikap tak acuh
c. Kadang bersifat agresif
d. Perkembangan sosialnya terbelakang
e. Keseimbangannya berkurang
f. Kepalanya sering miring
g. Sering meminta agar orang mau mengulang kalimatnya
h. Jika bicara sering membuat suara-suara tertentu
i. Jika bicara sering menggunakan juga tangan
j. Jika bicara sering terlalu keras atau sebaliknya, sering monoton,
   tidak tepat dan kadang-kadang menggunakan suara hidung

 

Daftar PUstaka

Ningrum, D.P. 2007. PENGARUH PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP
PENYESUAIAN DIRI ANAK TUNA RUNGU DI SEKOLAH TAHUN AJARAN 2006 – 2007. Skripsi Sarjana (tidak diterbitkan). Semarang : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

0 komentar

Tuna rungu-II

Faktor-Faktor Penyebab Ketunarunguan menurut Somantri, (2006)  penyebab ketunarunguan terdiri atas beberapa faktor, yaitu :

1. Pada saat sebelum dilahirkan

a. Salah satu atau kedua orang tua anak menderita tuna rungu atau  mempunyai gen sel pembawa sifat abnormal, dominant genes, recesive gen dan lain-lain.

b. Sebab penyakit; sewaktu ibu mengandung terserang penyakit, terutama penyakit-penyakit yang diderita pada saat kehamilan tri semester pertama, misal : rubella, moribili dan lain-lain.

c. Sebab keracunan obat-obatan; pada saat kehamilan, ibu meminum obat-obatan terlalu banyak, atau ibu seorang pecandu alkohol.

2. Pada saat kelahiran

a. Pada saat melahirkan, ibu mengalami kesulitan sehingga persalinan dibantu dengan penyedotan (tang).

b. Prematuritas, yakni bayi yang lahir sebelum waktunya

3. Pada saat setelah kelahiran (post natal)

a. Ketulian yang terjadi karena infeksi, misalnya infeksi pada otak (meningitis) atau infeksi umum seperti difteri, morbili dan lain-lain.

b. Pemakaian obat-obatan ototoksi pada anak-anak

c. Sebab kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat pendengaran bagian dalam, misalnya jatuh.

Daftar Pustaka

Somantri, S. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT Refika Adita

0 komentar

Down syndrome-part1

Kelahiran anak merupakan hal yang umum dinantikan oleh para orang tua, dan mereka menginginkan anaknya terlahir dengan sehat dan tanpa cacat. namun pada kenyataannya tidak semua bayi yang lahir kedunia ini sesuai dengan impian dan harapan orang tua. Diperkirakan antara 1 dari 1000 sampai 1 dari 1100 bayi terlahir sebagai anak yang mengalami down syndrome (Pueschel, 2002).

down syndrome merupakan salah satu tipe keterbelakangan mental yang cukup umum dikenal masyarakat luas, yang disebabkan oleh kelainan kromosom.

Manusia normalnya memiliki 46 kromosom namun individu yang mengalami down syndrome memiliki 47 kromosom. kromosom ekstra tersebut berada pada pasangan kromosom 21, yang seharusnya membentuk 2 buah namun karena ada gangguan menjadi 3 buah. hal inilah yang membentuk karakteristik wajah dan fisik yang khas pada individu yang mengalami down syndrome dan terlihat sejak lahir.(Hardman,1984)

 

Daftar Pustaka

Pueschel,S.M. 2002. down syndrome. Available FTP :Hostname : terarc.or.Directory : faqs/down.

0 komentar

Oppositional Defiant Disorder (ODD)-part II

Perilaku ODD menunjukkan gejala-gejala yang konseisten seperti berikut:
* Sering marah-marah
* Argumentatif pada orang dewasa
* Penolakan untuk mematuhi permintaan atau peraturan
* Secara sengaja membuat jengkel orang lain
* Menyalahkan orang lain atas kesalahan atau kenakalan
* Bertindak sensitif dan mudah jengkel
* Kemarahan dan kebencian
* Pendendam
* Agresif terhadap teman sebaya
* Kesulitan mempertahankan persahabatan
* Masalah akademik

Perawatan
Pengobatan gangguan pemberontak oposisi dan kemungkinan melibatkan terapi obat untuk mengobati kondisi kesehatan mental yang terkait. Orang tua, tidak perlu melakukannya sendiri dalam mencoba untuk mengelola anak dengan gangguan pemberontak oposisi. Dokter, konselor dan ahli perkembangan anak dapat membantu mempelajari strategi khusus untuk mengatasi ODD.

Sumber: medlineplus dan mayoclinic.

http://health.detik.com/

0 komentar

Oppositional Defiant Disorder (ODD)-part I

Deskripsi
Gangguan anak suka melawan ditandai dengan anak yang memiliki kecenderungan untuk terus-menerus marah-marah atau berdebat. Dalam kedokteran gangguan ini disebut sebagai Oppositional Defiant Disorder (ODD).

Gejala
Kadang-kadang sulit untuk mengenali perbedaan antara berkemauan keras atau emosional dengan ODD. Namun tetap ada perbedaan antara keinginan untuk "merdeka" dengan ODD. Merupakan hal wajar jika anak menunjukkan perilaku melawan di tiap perkembangannya. Tapi, tapi pada ODD tampak gejala konsisten seperti:
* Gigih
* Berlangsung selama sekurang-kurangnya enam bulan
* Jelas mengganggu keluarga dan lingkungan rumah atau sekolah

Berikut ini adalah perilaku yang terkait dengan ODD:
* Negatif
* Defiance
* Ketidaktaatan
* Permusuhan diarahkan kepada figur otoritas


Sumber: medlineplus dan mayoclinic.

http://health.detik.com/

0 komentar

Disleksia-part III

Faktor penyebab disleksia adalah :

1. gangguan pada fungsi otak, karena dapat mempengaruhi

    gangguan

    perkembangan morfologis otak (Wiguna Piscessianita, 2008 ).

2. problem atau penyakit mata yang serius (Feldman, 2002).

3. kesalahan dalam pelurusan tulang yaitu tulang spenoid dan

    temporal pada tengkorak (Feldman, 2002).

4. problem pemrosesan yang berhubungan dengan pendengaran

    (auditory  processing problem), (Feldman, 2002).

 

Daftar Pustaka

Feldman, W. 2002. Mengatasi Gangguan Belajar Pada Anak (Edisi ke-1). Jakarta: Prstasi Pustaka.

Piscessianita, F. 2008. Stress dan coping pad ibu yang memiliki anak Disleksia. Skripsi Sarjana (tidak diterbitkan). Universitas Gunadarma.

0 komentar

Disleksia part-II

Ciri-ciri Disleksia menurut Fieldman (2002), yaitu :

Saat membaca  :

1. membaca dengan sangat lambat dan dengan segan

2. menyusuri buku teks pada halaman buku dengan menggunakan

    jari telunjuk

3. mengabaikan suku kata, kata-kata, frase atau bahkan baris teks

4. menambahkan kata-kata, frase yang tidak ada dalam teks.

5. membalik urutas huruf atau suku kata dalam sebuah kata

6. salah dalam melafalkan kata-kata, termasuk kata-kata yang sudah

    dikenal.

7. menyusun kata-kata yang tidak memiliki arti.

Saat menulis

1. meletakan huruf-huruf dalam urutan yang salah dalam sebuah kata

2. tidak lengkap dalam menyusun huruf dari sebuah kata.

3. mengganti sebuah huruf dengan huruf lain, meskipun lafalnya

    tidak sama

4. menulis rangkaian huruf yang tidak memiliki hubungan dengan

    lafal kata-kata yang dimaksud

5. tidak menuliskan tanda baca.

 

 

Daftar Pustaka

Feldman, W. 2002. Mengatasi Gangguan Belajar Pada Anak (Edisi ke-1). Jakarta: Prstasi Pustaka.

0 komentar

Disleksia-part I

Feldman (2002) mengatakan, Disleksia adalah ketidakmampuan belajar yang terutama mengenai dasar-dasar berbahasa tertentu, yang mempengaruhi kemampuan mempelajari kata-kata dan membaca meskipun anak memiliki tingkat kecerdasanrata-rata atau diatas rata-rata, motivasi dan kesempatan pendidikan yang cukup serta penglihatan dan pendengaran yang normal.

Sedangkan menurut penelitian seorang psikiater yaitu dr. W. Roan (dalam Piscessianita, 2008) disleksia merupakan gangguan kemampuan membaca atau mengenali huruf serta simbol huruf akibat kerusakan, infeksi, atau kecelakaan yang mengenai otak atau selaput otak serta otak kiri korteks oksipital (bagian belakang) terganggu.

 

Daftar Pustaka

Feldman, W. 2002. Mengatasi Gangguan Belajar Pada Anak (Edisi ke-1). Jakarta: Prstasi Pustaka.

Piscessianita, F. 2008. Stress dan coping pad ibu yang memiliki anak Disleksia. Skripsi Sarjana (tidak diterbitkan). Universitas Gunadarma.

0 komentar

Tuna Rungu-part I

Tuna Rungu adalah kondisi dimana individu tidak mampu mendengar dan hal ini tampak pada wicara atau bunyi-bunyian lain, baik dalam derajat frekuensi dan intensitas (Moores dalam Mangunsong, 1998).

Sedangkan menurut Wooden (dalam Garrison & Force, 1965) menjelaskan beberapa definisi, yaitu :

a. Deaf (tuli)

yaitu orang yang pendengarannya dengan atau tanpa alat bantu dengar tidak mampu menginterpretasikan percakapan.

b. Hard of Hearing (kesulitan mendengar)

yaitu kehilangan pendengaran tapi sisa pendengarannya masih bisa digunakan untuk menginterpretasikan percakapan dengan atau alat bantu dengar.

Jenis-jenis Ketunarunguan

Menurut Gardner (1972), ketunarunguan dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

a. Mild Deafness

    beberapa mendeskripsikan “kesulitan pendengaran” dimana menggabungkan perkembangan bahasa anak dan memerlukan sedikit bantuan spesialis daripada jenis lainnyayang hanya menjamin masyarakat untuk sadar atau kurang perhatian.

b. Partial Deafness

    kesulitan yang utama dalam pendengaran adalah mengajarkan suara yang luar biasa, memerlukan bantuan banyak pendengaran dibanyak kasus dan pelatihan dirumah bagaimana membuat menjadi lebih baik dalam sisa pendengarannya untuk memahami perkataan orang lain dalam mengembangkan kemampuan bicaranya.

c. Severe Deafness

    kekurangan mendengar dalam suara yang keras dan jarak yang tertutup dan kekurangan frekuernsi untuk memahami apa yang didengarkan karena kurangnya pengalaman. memerlukan pelatihan intensif dan regular dirumah yang kemungkinan akan sangat membantunya dalam mendengar tetapi memerlukan perlakuan yang besar dalam membaca perkataan orang lain. anak dengan keturunan tuna rungu yang serius harus belajar mengembangkan bahasa yang cukup disekolah luar biasa tetapi masih mengikuti saran dari ahli spesialis.

d. Profound Deafness

    Membutuhkan pelatihan intensif di rumah, dalam beberapa kasus pendengaran hanya sedikit suara yang bisa membantu pendengarannya tetapi tidak seperti desang berbicara dan hanya bisa memahami pada gerak bibir seseorang. tentu saja membutuhkan pelatihan yang intensif di rumah dan dibantu oleh spesialis dan dalam sekolah luar biasa, anak tuna rungu dapat mengembangkan beberapa cara berbicara dan pemahaman dalam berbicara.

 

 

Daftar Pustaka :

Garrison & Force. (1965). The Psychology of Exceptional Children 4th ed. New York : Ronald Press Company

Gardnerd & Bowley. (1972). The Handicapped child educational and psychology guidance for the originally handycapped 3rd ed. London :LOngman Group Limited

Mangungsong,, F. (1998).  Psikologi Pendidikan. Jakarta: LPSP3-UI

0 komentar

Penyebab Autisme

autisme terjadi karena adanya kerusakan pada otak. kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor biologis antara lain gangguan pada kondisi metabolik, kelainan genetik, kelainan bawaan lahir, infeksi viral dan kesulitan saat mengandung atau melahirkan (Cohen & Bolton dalam Fabiola, 2003).

Budiman (dalam Suryana, 2004) penyebab autisme adalah adanya gangguan pada perkembangan susunan syaraf pusat yang mengakibatkan fungsi otak terganggu.

Yatim (dalam Suryana, 2004) autisme diakibatkan terjadinya kelainan fungsi luhur di dalam otak. kelainan fungsi ini bisa disebabkan oleh trauma bayi dalam kandungan, kejadian segera setelah lahir, keadaan selama kehamilan, dan kemungkinan terjadi kelainan metabolisme.

 

Daftar Pustaka:

Fabiola, P.H. (2003). Penanganan Autisme Melalui Terapi Sensory Integration dan pendekatan yang mendukung. Tesis. (tidak diterbitka). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Suryana, A. (2004). Terapi Autisme, Anak Berbakat dan Anak Hiperaktif. Jakarta: Progres Jakarta.

0 komentar

Cerebral Palsy-part III

Penyebab Cerebral Palsy yaitu terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan kerusakan di dalam otak pada anak-anak, yang kemudian mengakibatkan cacat cerebral Palsy , dan hal itu terjadi sebelum anak dilahirkan, maupun setelah dilahirkan (Abdurrachman & Sudjadi ,1994).

1. Sebab-sebab yang timbul sebelum kelahiran

    a. faktor kongenital ketidaknormalan sel kelamin pria

    b. pendarahan waktu kehamilan

    c. trauma atau infeksi pada waktu kehamilan

    d. kelahiran prematur

    e. keguguran yang sering dialami ibu

    f. usia ibu yang sudah lanjut pada waktu melahirkan anak

2. sebab-sebab yang timbul pada waktu kelahiran

    a. penggunaan alat saat proses kelahiran yang sulit

        misalnya : tabung, tabung vacum 

     b. penggunaan obat bius pada waktu proses kelahiran

3. sebab-sebab yang timbul setelah kelahiran

    a. penyakit tuberkulosis (TBC)

    b. radang selaput otak

    c. radang otak

    d. keracunan arsen atau karbon monoksida.

Daftar Pustaka :

Abdurrachman, M & Sudjadi. (1994). Pendidikan luar biasa umum. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

0 komentar

Cerebral Palsy-part I

Cerebral Palsy berasal dari kata cerebral = otak, dan palsy = kelumpuhan.

Jadi Cerebral Palsy  adalah kelumpuhan yang terjadi akibat kerusakan sel syaraf motorik dalam otak yang menetap dan tidak bertambah buruk (Mangungsong, 1998).

ciri-ciri perkembangan anak Cerebral Palsy  menurut Nur’aeni (2004) :

a. tidak mampu membalikan kepalanya ke samping jika tidur

b. tidak mampu menggerakan kakinya ( posisi gunting)

c. tidak mampu membalikan punggungnya

d. tidak mampu duduk sendiri meski sebentar

 

Daftar Pustaka :

Mangungsong, F. (1998).  Psikologi Pendidikan. Jakarta: LPSP3-UI

Nur’aeni, M.A. (2004). Intervensi dini bagi anak bermasalah. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta

0 komentar

Cerebral Palsy-part II

Klasifikasi anak Cerebral Palsy  menurut Heward dan Orlansky (dalam Abdurrachman & Sudjadi, 1994), dibedakan dalam 5 tipe :

1. Spasticity/spastik (mengejang)

   anak yang spastik memiliki otot yang keras dan kadang-kadang  kaku, serta tidak dapat menggerakan anggota tubuhnya dengan baik, geraknya sering tersentak-sentak. tipe spastik dibagi menjadi 4, yaitu :

a. Monoplegia

apabila ketidakmampuan motoriknya dalam menggerakan satu anggota badan saja.

b. Diplegia

apabila kelainan menyerang pada kedua anggota badan baik lengan maupun kaki.

c. Hemiplegia

apabila kelainan menyerang satu lengan dan satu tungkai yang terletak pada belahan tubuh yang sama.

d. Paraplegia

apabila kelainan menyerang kedua tungkai

2. Choreo Athetoid

yaitu kerusakan pada basal ganglia yang mengakibatkan gerakan-gerakan menjadi tidak terkendali dan tidak terarah.

3. Ataxia

yaitu kerusakan pada cerebellum yang mengakibatkan adanya gangguan pada keseimbangan.

4. Tremor

yaitu kerusakan pada basal ganglia yang berakibat timbulnya getaran-getaran berirama, baik yang bertujuan maupun yang tidak bertujuan.

5. Rigrid

yaitu kerusakan pada ganglia yang mengakibatkan kekakuan pada otot-otot

6. Cerebral palsy jenis gabungan

misalnya gabungan antara spstik  dan tremor, atau rigrid dan ataxia

 

Daftar Pustaka :

Abdurrachman, M & Sudjadi. (1994). Pendidikan luar biasa umum. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

0 komentar

Buta warna

Buta warna atau gangguan persepsi warna adalah kelainan yang disebabkan adanya gangguan di sel-sel retina dan saraf mata, bukan kelainan karena kesalahan pembiasan cahaya yang disebkan kelainan pada media pembias cahaya. kelainan itu tidak bisa dibantu dengan kacama mata

Kita punya dua system visual/ pengamatan atau duplicity theory of vision, yaitu system batang ( a rod system/ a baccilus system ) dan system kerucut ( a cone system/ a conus system ). a baccilus system adalah elemen retina aktif dalam cahaya terang atau cahaya terang. Sedang a conus system adalah bagian retina yang aktif pada penerangan yang kurang / remang-remang ( sore dan malam). Disamping system kerucut bertanggung jawab untuk ketajaman yang paling besar dan untuk penglihatan siang hari, system kerucut juga merupakan elemen retina yang dibutuhkan untuk penglihatan warna. Orang buta warna adalah orang yang mempunyai kekurangan dalam fungsi sel kerucutnya (conus).

Transduksi dalam pengamatan

System batang dan kerucut dikenal sebagai photosensitive pigments. Ketika energy elektromagnetik dalam spectrum yang dapat dilihat(cahaya) mengenai pigmen ini, beberapa cahaya diserap oleh pigmen, dan perubahan kimia terjadi yang memunculkan rangkaian kejadian yang terlibat dalam penglihatan. Riset telah menunjukan bahwa system batang dan system kerucut mempunyai photoseminal pigments yang berbeda, dan ini membantu menerangkan perbedaan fungsi antara system batang dan kerucut. Sel kerucut yang aktif hanya pada penglihatan siang hari memungkinkan kita untuk melihat baik warna akromatik (putih, hitam, abu-abu) maupun warna kromatik (merah, hijau, biru, kuning). Sel batang terutama akan berfungsi terutama dibawah penerangan yang kurang( sore/ malam) dan menyebabkan kita hanya melihat warna akromatik.

Daftar Pustaka :

http://www.jakarta-eye-center.com/

Riyanti Dwi B.P,Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati.1996. Psikologi Umum I (seri diktat kuliah). Jakarta : Universitas Gunadarma.

0 komentar

Indera Pengecap

clip_image002

Gbr. Struktur lidah dan pembagian daerah perasanya

Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia. Lidah merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel sensori yang mempunyai tonjolan seperti rambut.

Permukaan atas lidah penuh dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam bentuk,yaitu bentuk benang,bentuk dataran yang dikelilingi parit-parit,dan bentuk jamur.

Tunas pengecap terdapat pada paritparit papila bentuk dataran, di bagian samping dari papila berbentuk jamur, dan di permukaan papila berbentuk benang.

Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia. Lidah merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap.

Reseptor untuk pengecap di sebut reseptor system gustatoty. Reseptor perasa disebut taste buds, yang terletak disekitar kuncup pengecap yang disebut papillae. Taste buds bersifat untuk mendeteksi segala macam rasa asam, manis, pahit dan lain sebagainya.

Untuk menghindari kerusakan disyaraf pengecap dianjurkan tidak makan makanan yang terlalu panas.

 

 

 

 

Daftar Pustaka :

Sacharin, R.M. (1986) Principles of Paediatric Nursing. London:Churchill Livingstone

0 komentar

Gerak bola mata menurut hukum Donders.

Mekanisme melihat

Mata dapat melihat benda karena ada pantulan cahaya tersebut masuk mata, secara garis besar pantulan cahaya masuk ke mata secara berurutan melalui kornea, aqueous humor, pupil, lensa dan vitreous humor.

Ketika mata kita melihat benda kemudian benda tersebut disingkirkan maka bayangan benda masih tersusun 1/25 detik, setelah benda disingkirkan mata masih dapat melihat benda tersebut meskipun sekejap. Keadaan mata seperti ini dimanfaatkan dalam teknologi film dan televisi. Dengan mengganti gambar satu dengan gambar berikutnya dalam waktu kurang 1/25 detik, pergantian gambar tersebut tidak teramati oleh mata karena mata menyimpan ingatan gambar sebelumnya, akibatnya mata mengamati gambar seolah-olah bergerak.

Daftar Pustaka :

http://en.wikipedia.org/wiki/mekanisme-melihat-mata//

 

0 komentar

Visus (Indera penglihatan)

Visus / Ketajaman adalah Kemampuan seseorang untuk melihat suatu objek dengan ukuran tertentu dan dari jarak tertentu. Alat yang biasa digunakan untuk mengetahui tajam penglihatan sesorang adalah dengan Snellen Chart. Biasanya dengan jarak ukur 6 meter dari Snellen chart , dimana sinar yang masuk ke mata dianggap sejajar sehingga mata tidak melakukan akomodasi. Notasi untuk memberi penilaian tajam penglihatan bisa dalam bentuk decimal contoh (0.8, 1.0), Pecahan dalam meter ( 6/6, 6/15) atau dalam pecahan dalam satuan feet (20/20, 20/25).

Jika seseorang bisa membaca huruf pada notasi 6, maka orang tersebut normal dan Acies Visus nya 6/6. ( Acies visus ( AV ) adalah Tajam penglihatan sesorang sebelum di koreksi ).

Jika seseorang hanya bisa membaca huruf pada notasi 15, maka orang ini tidak normal penglihatannya dan AV nya adalah 6/15 begitu seterusnya.

Angka 6/15 juga berarti bahwa orang itu hanya bisa melihat objek sebesar itu pada jarak 6 meter, sedangkan orang normal bisa melihat objek itu pada jarak 15 meter.

Visus / Ketajaman adalah Kemampuan seseorang untuk melihat suatu objek dengan ukuran tertentu dan dari jarak tertentu. Alat yang biasa digunakan untuk mengetahui tajam penglihatan sesorang adalah dengan Snellen Chart. Biasanya dengan jarak ukur 6 meter dari Snellen chart.

Rumus : V = d/D

V : Visus

d : Jarak optotype snellen dengan subjek (6m)

D : Skala sejauh mana mata normal masih bisa terbaca

Skala visus mata kecil 15 dan skala besar 80

Daftar Pustaka :

http://optikonline.info/2007/12/17/tajam-penglihatan.html

0 komentar

Indra pembau

Indra pembau berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas. Reseptor pencium tidak bergerombol seperti tunas pengecap.

Epitelium pembau mengandung 20 juta sel-sel olfaktori yang khusus dengan aksonakson yang tegak sebagai serabut-serabut saraf pembau. Di akhir setiap sel pembau pada permukaan epitelium mengandung beberapa rambut-rambut pembau yang bereaksi terhadap bahan kimia bau-bauan di udara.

clip_image002

Penciuman wanita lebih baik dari pada pria, karena pada wanita ruang dalam (concha nasal superior) menerima gas lebih luas. Semakin tajam wewangian lebih mudah dikenalinya.

Manusia dapat membedakan berbagai macam bau, bukan karena memiliki banyak reseptor pembau namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip komposisi (component principle).

Organ pembau hanya memiliki 7 reseptor, namun dapat membaui lebih dari 600 aroma.

System Olfaction dapat menerima stimulus benda-benda kimia sehingga reseptornya disebut Chemoreseptor. System olfaction terdapat di hidung bagian atas (concha nasal superior) yang peka terhadap penciuman dan lebih dekat dengan syaraf olfactorius.

Daftar Pustaka :

Sacharin, R.M. (1986) Principles of Paediatric Nursing. London:Churchill Livingstone

1 komentar

Diplopia (benda rangkap)

Anatomi indera penglihatan dikatakan normal jika bayangan sebuah benda yang dilihat oleh kedua mata diterima dengan ketajaman yang sama. Bayangan ini secara serentak lalu dikirim ke susunan saraf pusat untuk diolah menjadi sensasi penglihatan tunggal.

Penglihatan tunggal terjadi kalau kedua mata dapat mempertahankan daya koordinasi untuk menjadikan kedua bayangan suatu benda menjadi satu (fusi). Fusi akan hilang bila daya penglihatan salah satu mata kurang/tidak ada. Untuk menggerakkan bola mata digunakan enam macam otot mata. Bila semua otot itu tak bekerja normal, kedua mata akan berfungsi secara seimbang. Normal-tidaknya otot mata tergantung pada tebal-tipis, panjang-pendek, dan berfungsi-tidaknya saraf-saraf mata.

sel kerucut adalah daerah khusus retina yang dikenal sebagai fovea yang tidak ada sel batangnya. Fovea adalah bagian retina yang kita gunakan untuk melihat objek yang ingin dilihat secara jelas visusnya paling besar pada fovea.

Penglihatan ganda yang terjadi ketika mata tidak dapat memfokuskan, dikarenakan lemahnya satu/lebih otot luar mata yang mengontrol pergerakan mata. Hal ini lebih sering muncul ketika melihat keatas atau kesamping . Untuk menghilangkan kelemahan ini pasien akan memiringkan wajahnya kearah otot mata yang lebih baik. Contohnya : jika otot mata melihat keatas lemah , pasien akan mendongak /menarik posisi kepalanya kebelakang sehingga objek diatas kepala dapat terlihat.

 

 

Daftar Pustaka :

http://mahendraindonesia.com/images/up/Myasthenia%20Gravis%20-%20ok.doc.

Riyanti Dwi B.P,Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati.1996. Psikologi Umum I (seri diktat kuliah). Jakarta : Universitas Gunadarma.

0 komentar

Buta warna dengan uji stilling-isihara & stilling-isihara I

Screen Snaper Image

Buta warna

System penglihatan normal terdiri dari tiga subsistem, yaitu pembeda terang-gelap, kuning-biru, merah-hijau.semua kombinasi dianggap berasal dari ketiga warna tersebut. Buta warna adalah akibat dari kekurangan atau cacat pada satu atau dua subsistem diatas. System terang-gelap tetap berfungsi, kecuali jika individu tidak dapat melihat sama sekali. Individu dengan penglihatan normal disebut dengan trichromat. Individu dengan cacat satu system tetapi dapat menggunakan system yang lain disebut dichromat atau buta warna sebagian (buta warna terhadap kuning-biru dan merah-hijau).sedangkan individu yang hanya memiliki satu system terang-gelap disebut monochromat atau buta warna total (hanya memiliki system terang-gelap).

Nilai afektif warna

Warna juga bisa menimbulkan penilai atau perasaan tertentu. Warna yang kita amati bisa menimbulkan berbagai perasaan sehingga interpretasi kita terhadap warna bisa sangat berlainan. Warna putih misalnya, sering diartikan sebagai bersih, suci, menyerah (kalah),dan sebagainya. Warna merah bisa berarti berani, kebahagiaan, keberanian, amarah, dan sebagainnya.

Orang mengira penderita buta warna hanya melihat warna abu-abu,seperti melihat televisi hitam-putih. Buta warna adalah ketidakmampuan mata mengenali warna tertentu dan biasanya disebabkan oleh keturunan. Sekitar 90% penderita buta warna sulit membedakan warna merah atau hijau.

Kartu distorsi merupakan kartu pengacau yang berfungsi menengangkan mata atau mengistirahatkan mata. Kartu distorsi tidak mempunyai angka didalamnya atau pun pola.

Pada mata normal dapat membaca kartu stilling isihara selama 3-10 detik, jika mata yang bermasalah lebih dari 10 detik.

 

 

Daftar Pustaka :

http://beemag.formasi/butawarna

Riyanti Dwi B.P,Hendro Prabowo dan Ira Puspitawati.1996. Psikologi Umum I (seri diktat kuliah). Jakarta : Universitas Gunadarma.

0 komentar

Gerak Refleks

Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.

clip_image002

Gbr. Lengkung refleks yang menggambarkan mekanisme
jalannya impuls pada lutut yang dipukul

Lutut dapat bergerak dengan sendirinya, karena ada gerak reflex. Efek yang terasa hanya seperti setruman kecil.

Gerak reflex merupakan respon otomatis dengan sebagian tubuh terhadap suatu stimulus. Reflex sentakan lutut merupakan reflex rentangan.

Skema reflex :

Stimulus syaraf >sensorik > tali spinal > Interneuron > syaraf motorik > aksi (gerakan kaki).

Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks.

Daftar Pustaka :

Anonim. 2008. Gerak Refleks.http://bebas.vlsm.org/

0 komentar

Indera peraba

Indera peraba adalah kulit. Kulit terdiri atas bagian luar (epidermis) dan bagian dalam (dermis). Epidermis tersusun atas lapisan yaitu: stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum dan stratu germinativum.
Di bawah epidermis terdapat lapisan dermis. Di lapisan dermis inilah dijumpai ujung saraf yang berfungsi untuk mendeteksi rangsang yang datang yaitu :

a. Badan Meisner untuk meraba dan sentuhan.

b. Badan vater Pacini untuk tekanan.

c. Badan Krause untuk dingin.

d. Badan Rufini untuk panas.

e. Ujung Syaraf Bebas untuk mendeteksi nyeri dan geli.

Mekanisme Kerja Alat Peraba

Misalnya sensasi tekan :

bila ada tekanan terhadap kulit, maka reseptor Vater Pacini berubah bentuk karena tekanan tersebut. Tekanan merupakan rangsangan adekwat yang dapat diterima Vater Pacini. Tekanan yang diterima oleh Vater Pacini menyebabkan terjadinya depolarisasi yaitu Na+ masuk dan K+ keluar. Depolarisasi berlanjut menyebabkan terbentuknya potensial aksi yang dihantarkan berbentuk impuls oleh saraf sensork ke otak. Di impuls diolah, menimbul sensasi tekan di kulit.

Ciri sensasi :

1. Modalitas / modal yaitu alat indera

2. Kualitas / mutu yaitu mata mampu membedakan merah dan biru, telinga mampu membedakan suara bass dan sopran, hidung mampu membedakan bau dan wangi.

3. Adaptasitas yaitu perempuan yang belum terbiasa menggunakan anting pada awalnya akan terasa mengganjal, namun setelah beberapa waktu sudah tidak terasa mengganjal.

4. Intensitas / kekuatan yaitu membedakan warna merah muda dan merah tua, bisa terjadi karena sel kerucut yang diterima lebih besar pada warna merah muda dari pada merah tua.

5. Durasi / lama itu tergantung, sangat berhubungan dengan adaptasi. Contohnya, wanita yang menggunakan perhiasan berat pada awalnya akan terasa berat tapi karena sudah menggunakanya dalam waktu yang cukup lama maka sudah terbiasa.

 

 

 

 

Daftar Pustaka :

Sacharin, R.M. (1986) Principles of Paediatric Nursing. London:Churchill Livingstone.

 

0 komentar

Terjadinya Gerak Biasa

Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf.

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.

Neuron atau saraf ialah sel otak, satuan terkecil pembangun organ otak. Otak terbentuk dari sekitar 100 triliun sel saraf. Organ lain seperti jantung, ginjal, terdiri pula dari sel-sel pembentuk, akan tetapi sel saraf berbeda dengan sel lainnya dalam hal :

1. Sel saraf memiliki bentuk spesifik yang dinamakan dendrit dan akson. Dendrit memberikan informasi ke badan sel dan akson menerima informasi dari badan sel.

2. Sel saraf berkomunikasi satu dengan yang lainnya melalui proses elektrokimia.

3. Sel saraf yang saling berkomunikasi akan membentuk sinaps dan menghasilkan kimia otak yang dinamakan neurotransmitter yang akan dilepaskan oleh sinaps.

Diperkirakan sekitar 10 pangkat 15(10.000.000.000.000.000) sinaps terbentuk di dalam otak manusia sehari-harinya.

(statistic dari Changeux JP and Ricoeur Princeton University Press 2000 p.78)

 

Daftar Pustaka :

Anonim. 2008. Apa yang dimaksud dengan neuron/saraf. http://tanah231.multiply.com

Anonim. 2008. Terjadinya Gerak Biasa . http://bebas.vlsm.org/

0 komentar

Kepadatan (Density)

Kepadatan penduduk adalah jumlah rata-rata penduduk yang mendiami suatu wilayah administrative atau politis tertentu, biasanya dinyatakan dalam jiwa/Km2. Menurut Sundtrom, kepadatan adalah sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan (dalam Wrghtsman & Deaux,1981), atau sejumlah individu yang berada disuatu ruang atau wilayah tertentu dan lebih bersifat fisik (Holahan, 1982; Heimstra dan McFarling, 1978; Stokols dalam Schmidt dan Keating, 1978). Suatu keadaan akan dikatakan padat bila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya (Sarwono, 1992).

Kepadatan memperlihatkan banyak hal yang negative. Seperti ketidaknyamanan dan kecemasan, peningkatan denyut jantung dan tekanan darh, hingga terjadi penurunan kesehatan atau peningkatan pada kelompok manusia tertentu. Kepadatan juga menyebabkan agresifitas pada anak-anak dan dewasa atau menjadi sangat menurun bila kepadatan tinggi sekali. Jika kehilangan minat berkomunikasi, kerjasama, dan tolong-menolong sesame anggota kelompok. Selain itu kepadatan juga mengakibatkan penurunan ketekunan pada pekerja yang menuntut hasil kerja yang kompleks.

Berdasarkan penelitian Bell (dalam Setiadi, 1991) dampak negative dari kepadatan lebih berpengaruh terhadap pria atau dapat dikatakan bahwa pria lebih memiliki perasaan negative pada kepadatan tinggi bila dibandingkan wanita. Pria bereaksi lebih agresif terhadap anggota kelompok, terhadap kepadatan rendah maupun tinggi. Wanita lebih menyukai anggota kepadatan yang tinggi.

Kategori kepadatan

menurut Altman (1975) kepadatan berhubungan dengan tingkah laku social. Variasi indicator kepadatan itu meliputi:

∆ Jumlah individu dalam sebuah kota,

∆ Jumlah individu pada daerah sensus,

∆ Jumlah individu pada unit tempat tinggal,

∆ Jumlah ruangan pada unit tempat tinggal,

∆ Jumlah bangunan pada lingkungan sekitar.

Holahan (1982) menggolongkan kepadatan kedalam dua kategori, yaitu:

• kepadatan spasial (spatial density) yang terjadi bila besar atau luas ruangan diubah menjadi lebih kecil atau sempit sedangkan jumlah individu tetap, sehingga didapatkan kepadatan meningkat sejalan menurunnya besar ruang

• kepadatan social (social density) yang terjadi bila jumlah individu ditambah tanpa diiringi dengan penambahan besar atau luas ruangan sehingga didapatkan kepadatan meningkat sejalan dengan bertambahnya individu.

Altman (1975) membagi kepadatan menjadi :

• Kepadatan dalam (inside density) yaitu jumlah individu yang berada dalam suatu ruang atau tempat tinggal seperti kepadatan didalam rumah,kamar;

• Kepadatan luar (outside desity) yaitu sejumlah individu yang berada pada suatu wilayah tertentu, seperti jumlah penduduk yang bermukim di suatu wilayah pemukiman.

Jain (1987) menyatakan bahwa setiap wilayah pemukiman memiliki tingkat kepadatan yang berbeda dengan jumlah unit rumah tinggal pada setiap stuktur hunian pada setiap wilayah pemukiman. Sehingga suatu wilayah pemukiman memiliki tingkat kepadatan yang tinggi atau kepadatan rendah.

Zlutnick dan Altman (dalam Altman,1975; Holahan,1982) menggambarkan sebuah model dua dimensi untuk menunjukan beberapa macam tipe lingkungan pemukiman,yaitu ;

• Lingkungan pinggiran kota, ditandai dengan tingkat kepadatan luar dan kepadatan dalam yang rendah

• Wilayah desa miskin dimana kepadatan dalam tinggi sedangkan kepadatan luar rendah

• Lingkungan mewah perkotaan, kepadatan dalam rendah sedangkan kepadatan luarnya tinggi

• Perkampungan kota yang ditandai dengan tingkat kepadatan luar dan kepadatan dalam tinggi.

Altman (1975) membagi kepadatan menjadi :

· Kepadatan dalam (inside density) yaitu jumlah individu yang berada dalam suatu ruang atau tempat tinggal seperti kepadatan didalam rumah,kamar;

· Kepadatan luar (outside desity) yaitu sejumlah individu yang berada pada suatu wilayah tertentu, seperti jumlah penduduk yang bermukim di suatu wilayah pemukiman.

Jain (1987) menyatakan bahwa setiap wilayah pemukiman memiliki tingkat kepadatan yang berbeda dengan jumlah unit rumah tinggal pada setiap stuktur hunian pada setiap wilayah pemukiman. Sehingga suatu wilayah pemukiman memiliki tingkat kepadatan yang tinggi atau kepadatan rendah.

Zlutnick dan Altman (dalam Altman,1975; Holahan,1982) menggambarkan sebuah model dua dimensi untuk menunjukan beberapa macam tipe lingkungan pemukiman,yaitu ;

Ω Lingkungan pinggiran kota, ditandai dengan tingkat kepadatan luar dan kepadatan dalam yang rendah

Ω Wilayah desa miskin dimana kepadatan dalam tinggi sedangkan kepadatan luar rendah

Ω Lingkungan mewah perkotaan, kepadatan dalam rendah sedangkan kepadatan luarnya tinggi

Ω Perkampungan kota yang ditandai dengan tingkat kepadatan luar dan kepadatan dalam tinggi.

clip_image002

Taylor (dalam Gifford,1982) mengatakan bahwa lingkungan sekitar dapat merupakan sumber yang penting dalam mempengaruhi sikap perilaku dan keadaan internal seseorang di suatu tempat tinggal. Maka individu yang bermukim dipemukiman dengan kepadatan berbeda mungkin akan menunjukan sikap dan perilaku yang beebeda pula.

Akibat kepadatan tinggi

Taylor (dalam Guilfford,1982) lingkungan sekitar merupakan sumber yang penting dalam mempengaruhi sikap, perilaku dan keadaan internal individu disuatu tempat tinggal, serta rumah dan lingkungan pemukiman yang nyaman yang member kepuasan pada psikis individu yang tinggal ditempat tersebut.

Ashorr (dalam Ittelson) mempercayai bahwa macam dan kualitas pemukiman dapat memberikan pengaruh penting terhadap persepsi diri penghuninya, stress dan kesehatan fisik, sehingga kondisi pemukiman ini tampaknya berpengaruh pada perilaku dan sikap-sikap orang yang tinggal disana .

Penelitian Valins dan Baum (dalam Heimstra dan Mc Farling,1978), menunjukan adanya hubungan yang erat antara kepadatan dengan interaksi social. Para mahasiswa yang bertempat tinggal di asrama yang padat cenderung menghindari kontak social dengan orang lain.

Penelitian Karlin dkk (Sears,1994) membandingkan mahasiswa yang tinggal berdua dalam satu kamar dengan mahasiswa yang tinggal bertiga dalam satu kamar (kamar dirancang untuk dua orang). Ternyata mahasiswa yang tinggal bertiga melaporakan adanya kekecewaan, stress dan prestasi belajarnya menurun yang lebih besar dari pada mahasiswa yang tinggal berdua.

Rumah dengan luas lantai yang sempit dan terbatas bila dihuni dengan jumlah individu yang besar individu umumnya akan menimbulkan pengaruh negative pada penghuninya (Jain,1987). Hal ini terjadi karena dalam rumah tinggal yang terbatas umumnya individu tidak memiliki ruang atau tempat yang dapat dipakai untuk kegiatan pribadi. Keterbatasan ruang memungkinkan individu menjadi terhambat untuk memperoleh masukan yang berlebihan. Keadaan tersebut padea akhirnya menimbulkan perasaan sesak pada individu penghuni rumah tinggal tersebut.

clip_image004

Kepadatan tinggi merupakan stressor lingkungan yang dapat menimbulkan kesesakan bagi individu yang berada didalamnya (Holahan,1982). Stressor lingkungan yang dapat menyebabkan stress, penyakit atau akibat-akibat negative pada perilaku masyarakat. Akibat secara fisik yaitu reaksi fisik yang dirasakan individu seperti peningkatan detak jantung,tekanan darh dan penyakit fisik lain (Heimstra dan McFarling,1978). Akibat secara social yaitu meningkatnya kriminalitas dan kenakalan remaja (Heimstra dan McFarling,1978; Gifford,1987).

Akibat psikis lain antara lain:

∆ Stress, kepadatan tinggi menumbuhkan perasaan negative, rasa cemas, stress (Jain,1987) dan perubahan suasana hati (Holahan,1982).

∆ Menarik diri, kepadatan tinggi menyebabkan individu cenderung menarik diri dan kurang ma berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (Heimstra dan McFarling,1978; Holahan,1982; Gifford,1987).

∆ Perilaku menolong, kepadatan tinggi menurunkan keinginan individu untuk menolong atau member bantuan pada orang lain yang membutuhkan, terutama orang yang tidak dikenal (Holahan,1982; Fisher dkk., 19840.

∆ Kemampuan mengerjakan tugas, situasi padat menurunkan kemampuan individu untuk mengerjakan tugas-tugas pada saat tertentu (Holahan,1982)

∆ Perilaku agresi, situasi padat yang dialami individu dapat menumbuhkan frustrasi dan kemarahan, serta pada akhirnya akan terbentuk perilaku agresi (Heimstra dan McFarling,1978; Holahan,1982)

clip_image006

Menurut Jain (1987) banyaknya unit rumah tinggal dikawasan pemukiman menyebabkan timbulnya pemukiman padat yang umumnya menyebabkan perbandingan antara luas lantai yang didiami tidak sebanding dengan banyaknya penghuni. Jarak antara rumah tinggal dengan rumah tinggal lain yang berdekatan bahkan hanya dipisahkan oleh dinding rumah atau sekat dan tidak jarang mengakibatkan penghuni dapat mendengar dan mengetahui kegiatan yang dilakukan penghuni rumah tinggal lain. Keadaan inilah yang dapat menyebabkan individu merasa sesak.

clip_image008

Dapat kita lihat pada kepadatan dikota Depok, Adanya tekanan yang sangat berat terhadap kondisi geomorfologi dan lingkungan hidup Kota Depok saat ini, akibat pertumbuhan penduduk, yang mana pada tahun 2011 kepadatan penduduk Kota Depok akan mencapai 7.887 orang per kilometer persegi, sedangkan pada tahun 2005 tingkat kepadatan penduduknya baru 6.696 orang per kilometer persegi. Hal ini berarti terjadi peningkatan jumlah penduduk Kota Depok dari tahun 2005 sebanyak 1.374.000 orang menjadi 1.667.000 orang pada tahun 2011.

Jumlah Penduduk, Luas Wilayah Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan, 2008

Kecamatan

Jumlah

Penduduk

Luas

Wilayah (Km2)

Kepadatan

Penduduk (jiwa/Km2)

010

Sawangan

169,727

45.69

3,714.75

020

Pancoran Mas

275,103

29.83

9,222.36

030

Sukmajaya

350,331

34.13

10,264.61

040

Cimanggi

412,388

53.54

7,702.43

050

Beji

143,190

14.30

10,013.29

060

Limo

152,190

22.80

6,707.81

Kota Depok

1,503,677

200,29

7,507.50

Catatan: Berdasarkan Sensus Penduduk 2000

SUMBER: Proyeksi Penduduk BPS Kota Depok

clip_image010

Berikut adalah keadaan pemukiman penduduk di kecamatan Pancoran Mas, tempat ini dikenal dengan kampung Belimbing sawah. Daerah ini dapat dikatakan padat karena rumah-rumah yang berada ditempat ini sangat berdekatan satu sama lainnya. Disetiap gang, terdapat rumah-rumah yang berdekatan dan didominasi dengan rumah kontrakan yang biasanya di tempati oleh pendatang yang berprofesi sebagai pedagang kecil sampai buruh cuci.

clip_image012

clip_image014

clip_image016

clip_image018

clip_image020

clip_image022

Kesesakan (Crowding)

Menurut Altman kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada suatu tingkatan interaksi manusia satu dengan lainnya dalam suatu pasangan atau kelompok kecil. Pengertian crowding dengan kepadatan memiliki hubungan erat karena kepadatan merupakan salah satu syarat yang dapat menimbulkan kesesakan. Kepadatan yang tinggi dapat mengakibatkan keseskan pada individu (Heimstra dan McFarling, 1978; Holahan,1982).

Baum dan Paulus (1987) menerangkan proses kepadatan dapat dirasakan sebagai kesesakan atau tidak dapat ditentukan oleh penilaian individu berdasarkan empat factor:

§ Karakteristik setting fisik

§ Karakteristik setting social

§ Karakteristik personal

§ Kemampuan beradaptasi

clip_image024

Menurut Morris kesesakan sebagai deficit suatu ruangan, maka dengan adanya sejumlah orang dalam suatu hunian rumah, ukuran per meter persegi setiap orangnya menjadi kecil, sehingga dirasakan adanya kekurangan ruang. Dalam suatu hunian, kepadatan ruang harus diperhitungkan dengan mebel dan peralatan yang diperlukan untuk suatu aktivitas.

clip_image026

Bersar kecilnya rumah menentukan besarnya ratio antara penghuni dan tempat (space) yang tersedia. Makin besar rumah dan makin sedikit penghuninya, maka akan semakin besar ratio tersebut. Sebaliknya makin kecil rumah dan makin banyak penghuninya, maka akan semakin kecil ratio tersebut, sehingga akan timbul perasaan sesak (Ancok,1989).

Stokols (dalam Altman,1975) membedakan antara :

a. Kesesakan bukan social (nonsocial crowding) yaitu dimana factor-faktor fisik menghasilkan perasaan terhadap ruang yang tidak sebanding, seperti sebuah ruang yang sempit,

b. Kesesakan social (social crowding) yaitu perasaan sesak mula-mula datang dari kehadiran orang lain yang terlalu banyak.

c. Kesesakan molar (molar crowding) perasaan sesak yang dapat dihubungkan dengan skala luas, populasi penduduk kota

d. Kesesakan molekuler (molekuler crowding) yaitu perasaan sesak yang menganalis mengenai individu, kelompok kecil dan kejadian-kejadian interpersonal.

clip_image028 clip_image030

Rapoport (dalam Stokols dan Altman,1987) mengatakan kesesakan adalah suatu evaluasi subjektif dimana besarnya ruang dirasa tidak mencukupi sebagai kelanjutan dari persepsi langsung terhadap ruang yang tersedia. Batasan kesesakan melibatkan persepsi seseorang terhadap keadaan ruang yang dikaitkan dengan kehadiran sejumlah manusia, dimana ruang yang tersedia dirasa terbatas atau jumlah manusianya yang dirasa terlalu banyak.

Teori kesesakan

 Teori beban stimulus

Kesesakan akan terjadi bila stimulus yang diterima individu terlalu banyak (melebihi kapasitas kognitifnya) sehingga timbul kegagalan dalam memproses sistim atau info dari lingkungan.

Keating (1979) mengatakan bahwa stimulus berasal dari kehadiran banyak orang beserta aspek-aspek interaksinya, maupun kondisi-kondisi fisik dari lingkungan sekitar yang menyebabkan bertambahnya kepadatan social.

Berlebihnya informasi dapat terjadi karena beberapa factor :

a. Kondisi kungkungan fisik yang tidak menyenangkan

b.Jarak antar individu (dalam arti fisik) yang terlalu dekat

c. Suatu percakapan untuk tidak dikehendaki

d. Terlalu banyak mitra interaksi

e. Interaksi yang terlalu dirasa terlalu dalam atau terlalu lama.

clip_image032

Teori Ekologi

Micklin (dalam Holahan,1982) mengemukakan sifat-sifat umum model ekologi pada manusia :

• Teori ekologi perilaku memfokuskan pada hubungan timbale balik antara orang dengan lingkungannya

• Unti analisisnya adalah kelompok social dan bukan individu, dan organisasi social memegang peranan sangat penting.

• Menekankan pada distribusi dan penggunaan sumber-sumber material dan social.

clip_image034 clip_image036


Teori kendala perilaku

Suatu situasi akan dianggap sesak bila kepadatan atau kondisi lain yang berhubungan dengan membatasi aktivitas individu dalam suatu tempat. Pendekatan ini didasari oleh teori reaktansi psikologis (psychological reactace) dari Brehm (dalam Schmidt dan Keating, 1979) yang menekankan kebebasan memilih sebagai factor pendorong penting dalam persepsi dan perilaku manusia.

clip_image038 clip_image040

Menurut Proshansky, dkk (1976) pengaruh psikologis dari kesesakan yang utama adalah kebebasan memilih individu dalam situasi sesak. Kesesakan terjadi bila kehadiran orang lain dalam suatu seting membatasi kebebasan individu dalam mencapai tujuannya.

Menurut Ancok, perasaan sesak di dalam rumah, dapat menimbulkan masalah :

• Menurunnya frekuensi hubungan sex

• Memburuknya interaksi suami istri

• Memburuknya cara pengasuhan anak

• Memburuknya hubngan dengan orang-orang diluar rumah

• Meningkatnya ketegangan dan gangguan jiwa.

Asumsi konsekuensi negative dari kesesakan :

• Model beban stimulus

• Model kendala perilaku

• Model ekologi

• Model atribusi

• Model arousal

Menurut Brigham, akibat negative dari kesesakan pada perilaku manusia yaitu :

• Pelanggaran terhadap ruang pribadi dan atribusi seseorang yang menekankan perasaan yang disebabkan oleh kehadiran orang lain.

• Keterbatasan perilaku, pelanggaran privasi dan terganggu kebebasan memilih

• Control pribadi yang kurang

• Stimulus yang berlebih.

Daftar Pustaka

Anonim. 2009. http://www.depok.go.id/v3/index.php?option=com_content&task=view&id=309

0 komentar